Mahasiswa
Teknik Pertambangan ITB
Merendahkan Tim Indonesia pada
Olimpiade London 2012, bukan! Indonesia mempunyai tradisi emas di event
olimpiade, sejak pertama kali mengirimkan wakilnya di Olimpiade Barcelona 1992.
Event 4 tahunan itu selalu menelurkan emas bagi kontingen Indonesia. Sejarah
itu menjadi penguat bagi Indonesia untuk kembali menggondol emas di Olimpiade
London 2012. Namun, kondisi atlet sekarang ini menjadi satu-satunya alasan saya
menuliskan judul seperti di atas. Bukannya pesimistis, tetapi salah satu cabang
yang sangat berpotensial menjadi pendulang emas yaitu bulutangkis pun sekarang
tidak meyakinkan untuk mencapai yang diharapkan, yaitu emas. Cabang ini seakan sedang berada di titik nadir dalam sejarah perbulutangkisan dunia.
Hal ini saya bisa utarakan karena prestasi yang didapat dalam turnamen
besar sepanjang tahun ini. Hanya 4 gelar yang didapat dari turnamen besar sebelum olimpiade, yaitu 3 gelar dari Tontowi Ahmad/Lilyana natsir, termasuk All England dan 1 gelar dari Simon Santoso pada perhelatan Indonesia
Open lalu.
Itu
sekilas kondisi kontingen Indonesia di event terbesar 4 tahunan olimpiade.
Cabang olahraga lainnya datang dengan tanpa beban, karena mereka tidaklah ditarget
terlalu muluk. Sebagian dari mereka juga baru pertama kali tampil di olimpiade.
Kebanyakan dari mereka hanya mencari pengalaman bertanding, tidak lebih. Hanya
angkat berat yang juga lumayan berpotensi mendapat medali, walaupun untuk
meraih emas pun tampaknya masih mustahil. Maka hanya
bulutangkislah yang sangat berpeluang besar mempertahankan tradisi emas bagi
Indonesia.
Dari
tunggal putra yang tampil di cabang bulutangkis, Simon Santoso dan Taufik
Hidayat. Simon yang sekarang berperingkat 9 dunia akan melewati ujian yang
berat dalam olimpiade kali ini, karena jika lolos ke 16 besar lawan yang
dihadapi kemungkinan adalah unggulan 1, Lee Chong Wei. Rekor pertemuan keduanya
juga sangat timpang, 8 untuk Lee lawan 1 untuk Simon. Sangat sulit bagi Simon
untuk menang jika ditilik di atas kertas. Simon haruslah main luar biasa, tanpa
cela untuk dapat mengalahkan Lee. Sedangkan untuk Taufik juga akan melawan Lin
Dan jika lolos ke 16 besar. Lin Dan yang diunggulkan di tempat 2 di atas kertas
mampu mengalahkan Taufik yang diunggulkan di tempat 11. Dari rekor pertemuan
juga sangat timpang, 12 untuk Lin Dan dan 3 untuk Taufik dari 15 pertemuan. Terakhir
Taufik kalah straight set 21-18 21-8 di All England awal Maret lalu. Namun
Taufik pastinya bakal mati-matian untuk meraih kemenangan karena ini adalah
event olimpiade terakhir baginya. Yang pasti siapa yang lebih siap di lapangan
dialah yang akan menang.
Ganda putra yang hanya diwakilkan
M.Ahsan/Bona Septano tampaknya masih harus menunggu 4 tahun lagi untuk mampu
berbicara banyak di olimpiade. Walaupun dari peringkat dunia sekarang berada di
posisi 6, Ahsan/Bona masih tertinggal jauh dibandingkan para unggulan seperti
Lee Yong Dae/Jung Jae Sung, ataupun Cai yun/Fu Haifeng, dari sisi pengalaman
bertanding maupun mental. Jadi hampir mustahil untuk mereka meraih medali,
apalagi medali emas. Firdasari, wakil di tunggal putri juga tampaknya hanya datang
sebagai penggembira di event ini. Pemilik peringkat 64 dunia ini baru saja sembuh
dari cedera telapak kaki. Hal ini membuat langkah Firda di olimpiade kali ini
tampaknya sebatas ikut berpartisipasi, tidak lebih. Ganda putri Meiliana
Jauhari/Greysia Polii sekarang berada di peringkat 12 dunia, dari segi mental
mereka sangatlah bagus, tetapi jika sudah bermain dengan lawan yang ulet
seperti dari China, Korea mereka pasti akan kewalahan. Mereka mampu tampil
mengejutkan sewaktu-waktu, tetapi mereka juga seringkali tampil mengecewakan.
Jadi mereka masih mungkin untuk mendapatkan medali, tetapi untuk emas sangatlah
sulit.
Ganda campuran adalah sektor paling
berpeluang mempertahankan tradisi emas olimpiade saat ini. Diwakili oleh
Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir yang duduk di peringkat 4 dunia dan diunggulkan di
tempat ketiga sangat berpotensi untuk meraih emas. Mereka berdua punya
segalanya untuk itu, teknik yang mumpuni, mental yang kuat, dan sejarah yang
mendukung. Jika Tontowi/Lilyana bermain konsisten dan sabar, mereka berpeluang
besar membawa emas ke tanah air. Harapan sepertinya memang dibebankan ke pundak
mereka, karena jika mereka gagal, maka emas olimpiade bagi Indonesia menjadi
tidak realistis?
0 komentar:
Posting Komentar