Rabu, 01 Agustus 2012

Emas Bulutangkis Olimpiade, Realistiskah?

Oleh : Kurnia Candra Utama
Mahasiswa Teknik Pertambangan ITB

            Merendahkan Tim Indonesia pada Olimpiade London 2012, bukan! Indonesia mempunyai tradisi emas di event olimpiade, sejak pertama kali mengirimkan wakilnya di Olimpiade Barcelona 1992. Event 4 tahunan itu selalu menelurkan emas bagi kontingen Indonesia. Sejarah itu menjadi penguat bagi Indonesia untuk kembali menggondol emas di Olimpiade London 2012. Namun, kondisi atlet sekarang ini menjadi satu-satunya alasan saya menuliskan judul seperti di atas. Bukannya pesimistis, tetapi salah satu cabang yang sangat berpotensial menjadi pendulang emas yaitu bulutangkis pun sekarang tidak meyakinkan untuk mencapai yang diharapkan, yaitu emas. Cabang ini seakan sedang berada di titik nadir dalam sejarah perbulutangkisan dunia. Hal ini saya bisa utarakan karena prestasi yang didapat dalam turnamen besar sepanjang tahun ini. Hanya 4 gelar yang didapat dari turnamen besar sebelum olimpiade, yaitu 3 gelar dari Tontowi Ahmad/Lilyana natsir, termasuk All England dan 1 gelar dari Simon Santoso pada perhelatan Indonesia Open lalu.
            Itu sekilas kondisi kontingen Indonesia di event terbesar 4 tahunan olimpiade. Cabang olahraga lainnya datang dengan tanpa beban, karena mereka tidaklah ditarget terlalu muluk. Sebagian dari mereka juga baru pertama kali tampil di olimpiade. Kebanyakan dari mereka hanya mencari pengalaman bertanding, tidak lebih. Hanya angkat berat yang juga lumayan berpotensi mendapat medali, walaupun untuk meraih emas pun tampaknya masih mustahil. Maka hanya bulutangkislah yang sangat berpeluang besar mempertahankan tradisi emas bagi Indonesia.
             Dari tunggal putra yang tampil di cabang bulutangkis, Simon Santoso dan Taufik Hidayat. Simon yang sekarang berperingkat 9 dunia akan melewati ujian yang berat dalam olimpiade kali ini, karena jika lolos ke 16 besar lawan yang dihadapi kemungkinan adalah unggulan 1, Lee Chong Wei. Rekor pertemuan keduanya juga sangat timpang, 8 untuk Lee lawan 1 untuk Simon. Sangat sulit bagi Simon untuk menang jika ditilik di atas kertas. Simon haruslah main luar biasa, tanpa cela untuk dapat mengalahkan Lee. Sedangkan untuk Taufik juga akan melawan Lin Dan jika lolos ke 16 besar. Lin Dan yang diunggulkan di tempat 2 di atas kertas mampu mengalahkan Taufik yang diunggulkan di tempat 11. Dari rekor pertemuan juga sangat timpang, 12 untuk Lin Dan dan 3 untuk Taufik dari 15 pertemuan. Terakhir Taufik kalah straight set 21-18 21-8 di All England awal Maret lalu. Namun Taufik pastinya bakal mati-matian untuk meraih kemenangan karena ini adalah event olimpiade terakhir baginya. Yang pasti siapa yang lebih siap di lapangan dialah yang akan menang.
            Ganda putra yang hanya diwakilkan M.Ahsan/Bona Septano tampaknya masih harus menunggu 4 tahun lagi untuk mampu berbicara banyak di olimpiade. Walaupun dari peringkat dunia sekarang berada di posisi 6, Ahsan/Bona masih tertinggal jauh dibandingkan para unggulan seperti Lee Yong Dae/Jung Jae Sung, ataupun Cai yun/Fu Haifeng, dari sisi pengalaman bertanding maupun mental. Jadi hampir mustahil untuk mereka meraih medali, apalagi medali emas. Firdasari, wakil di tunggal putri juga tampaknya hanya datang sebagai penggembira di event ini. Pemilik peringkat 64 dunia ini baru saja sembuh dari cedera telapak kaki. Hal ini membuat langkah Firda di olimpiade kali ini tampaknya sebatas ikut berpartisipasi, tidak lebih. Ganda putri Meiliana Jauhari/Greysia Polii sekarang berada di peringkat 12 dunia, dari segi mental mereka sangatlah bagus, tetapi jika sudah bermain dengan lawan yang ulet seperti dari China, Korea mereka pasti akan kewalahan. Mereka mampu tampil mengejutkan sewaktu-waktu, tetapi mereka juga seringkali tampil mengecewakan. Jadi mereka masih mungkin untuk mendapatkan medali, tetapi untuk emas sangatlah sulit.
            Ganda campuran adalah sektor paling berpeluang mempertahankan tradisi emas olimpiade saat ini. Diwakili oleh Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir yang duduk di peringkat 4 dunia dan diunggulkan di tempat ketiga sangat berpotensi untuk meraih emas. Mereka berdua punya segalanya untuk itu, teknik yang mumpuni, mental yang kuat, dan sejarah yang mendukung. Jika Tontowi/Lilyana bermain konsisten dan sabar, mereka berpeluang besar membawa emas ke tanah air. Harapan sepertinya memang dibebankan ke pundak mereka, karena jika mereka gagal, maka emas olimpiade bagi Indonesia menjadi tidak realistis?

0 komentar:

Posting Komentar